Hujan rintik-rintik membasahi bumi, awan tak memberi ruang kepada sang surya untuk menerangi bumi. saya dan teman-teman saya dengan segala perlengkapan seadanya mempersiapkan diri kami untuk satu adventure. Hujan bukanlah tantangan dan halangan untuk adventure kami, aku dan teman-teman tetap pada jadwal untuk beradventure. Jika aku bisa maka aku akan menghentikan hujan. “pikirku dalam hati”. Namun aku sadar bahwa aku adalah seorang manusia ciptaan Tuhan yang tidak sempurna yang harus menerima dan menyatu dengan ala mini, karena ketika aku tidak menerima turunya hujan ada jutaan orang yang mensyukurinya. Akhirnya aku benar-benar sadar bahwa ala mini indah dan mempunyai tujuan yang mulia untuk para penghuninya. memang aku Tuhan???akupun menertawai diriku sendiri.
Hujan deras tidak menghentikan langkah kami. kami tetap berjalan dan terus berjalan ke tempat tujuan kami.tampak dikiri dan kanan jalan kami melihat wajah-wajah sederhana yang tampak beraktivitas demi satu kehidupan yang layak walau dalam lebatnya hujan. Ada yang tersenyum dan gembira, ada yang merenung dan melamung, ada yang meratapi nasib, ada yang berbahagia. semua perasaan itu hanya karena satu alasan yang berbeda.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jahu dan melelahkan yang ditemani dengan rintik hujan akhirnya kami pun tiba di tempat tujuan kami. Capek dan lelah, badan terasa sakit dan dingin menguasai tubuh kami tapi semua hilang dan pergi seolah diusir oleh suasana alam sendangsono. Terpana, terlena dan kagum menguasai pikiranku. tak ada kata-kata yang bisa terucapkan untuk menyatakan isi hatiku. tenang, nyaman, suci; hanya itulah yang aku rasakan dan seolah telah menghipnotis diriku. ada ribuan orang yang datang dan beraktivitas di tempat itu tapi seolah hanya aku dan diriku yang ada. semuanya tampak berdiam diri dan kusuk dalam suasana doa. kami semua ternyata telah dihipnotis secara sadar.
Di dalam goa berukuran kecil berdiri dengan agung dan sederhana patung bunda Maria. sosok wanita yang dipilih Allh untuk mengandung sang Juruselamat Tuhan Yesus Kristus. aku terpana memandang sosok wanita itu. lilin kecil dan bunga-bunga dari berbagai merek entah itu alami atau buatan manusia menghiasi goa kecil tempat patung Bunda Maria, menambah indahnya tahta sang Bunda dunia. kami semua terdiam dan terpana dengan situasi sendangsono.
Tanpa perintah dan aba-aba kami masing-masing mencari tempat untuk mensyukuri semua yang kami dapat hari ini. saya sengaja mengambil tempat yang agak jahu dari goa Bunda Maria dibawah sebuah pohon yang rindang. hujan masih belum berhenti tapi saya cuek dengan keadaan alam dan pikiran ku hanya tertuju pada sang pencipta dunia ini. aku semakin larut dan larut dalam Susana yang aku ciptakan sendiri. walau aku hanya diam tanpa suara tapi jutaan kata telah terucap dari hatiku yang paling dalam. “aku bersyukur pada mu Bundaku atas perjalananku hari ini dan semua yang telah kau berikan kepadaku”. sebaris kata untuk mewakili rasa syukurku. sesekali aku menatap wajah sang Bunda yang selalu setia menanti setiap anak-anakNya yang ingin berbagi suka dan duka. Bunda yang selalu setia menunggu anak-anakNya, walau terik matahari dan hujan deras Ia tetap setia. aku membawa kembali semua masa laluku kedalam memoriku, aku membawa semua wajah-wajah keluargaku, sahabatku, teman-temanku dan semua orang yang aku kenal maupun tidak kenal ke dalam pikiranku. masa lalu yang telah membentuk aku hingga seperti diriku sekarang ini, dan semua wajah-wajah yang telah memberikan segalanya untukku, cinta, kasih sayang, dukungan, semangat dan semuanya yang telah aku dapatkan dari mereka. sambil menatap wajah sang Bunda aku serahkan satu persatu wajah-wajah itu kedalam lindunganNya. aku serahkan semua masa laluku kedalam tanganNya. tenang, damai, segar, ringan perlahan-lahan merasuki kedalam hati dan pikiranku, adrenalinku seolah-olah lancar, aku merasa seolah tidak ada beban apa-apa. pikiranku kosong seolah tidak tiada beban. aku merasa semakin nyaman dan damai berada di depannya. tapi aku juga merasa malu dengan semua sikapku selama ini, sikapku yang selalu melupakanNya padahal Dia tidak pernah meninggalkan aku dan tidak pernah melupakan aku. aku memejamkan mata sejenak dan tanpa tatapan mata aku merasakan cahaya yang seolah-olah ada didepanku dan siap untuk menerangi setiap langkahku kemanapun aku pergi nanti. Cahaya itu benar-benar ada dan akan selalu ada dihatiku, cahaya dari sang Bunda tercinta ibu Yesus Kristus.
Angin malam semakin membawa dingin hingga ke tulang-tulang, suara burung malam semakin terasa di telinga, para peziarah semakin malam semakin larut dalam kekusukan masing-masing. Rosario pemberian suster wendy yang selama hanya aku gunakan untuk hiasan kini mulai aku hitung satu persatu seiring dengan doa salam Maria yang aku ucapkan dari mulutku. Kudoakan setiap pikiran yang terlintas dalam pikiranku....
Tanpa terasa malam semakin larut, waktupun berjalan tanpa kompromi dan kamipun harus pulang untuk suatu tujuan dan aktifitas yang baru. rasanya ingin tetap disini merasakan lebih lama ketenangan dan kedamaian alam ini tapi karena satu alasan akan satu hidup baru maka kamipun harus beranjak pergi dari sini.
Sendangsono telah memberi satu ketenangan yang luar biasa, kedamaian yang luar biasa. keindahan alamnya, kenaturalannya telah menjadi semangat baru untuk aku dan kami semua. terlebih sang Bunda Maria yang telah mengambil bebanku dari hidup yang membuat hidupku yang lebih ringan dan tanpa beban. sang Bunda telah memberi terang baru untuk hidupku. aku semakin merasa bahagia ketika kedua bola mataku menatap wajahnya yang sederhana. dalam keheningan aku merasa mendengar jutaan kata dari sang Bunda Maria ibu Surgawi. akhirnya aku sadar bahwa”walau dunia memberikan seratus alasan untuk membuat kita menangis tapi Tuhan punya seribu alasan untuk membuat kita tersenyum”. walaupun hujan akhirnya kamipun harus pulang ke tempat kami untuk bergelut dengan dunia yang telah dihuni oleh kami selama ini, tapi kami dan aku semakin yakin bahwa sang Bunda tidak akan pernah membiarkan kami sendiri, kemanapun kami pergi sang Bunda akan selalu setia menemani kami dalam setiap langkah hidup kami.
Dari Sendangsono yang sederhana, dari jalannya yang becek, berlubang-lubang, tidak beraspal tidak seperti dikota, telah membawa aku ke dalam suatu kehidupan baru. Aku sadar bahwa Sendangsono yang sederhana dengan kesetiaan sang Bunda yang setia menunggu dalam terik matahari dan derasnya hujan telah menjadi insipirasi dan semangat untuk memulai hidupku. Edelweis dari sendangsono ini akan selalu menjadi hadiah terindah yang paling berharga dalam hidupku.
I Love You Mom.
Catatan dari seorang peziarah
El Tyno Perdydo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar